UTUT ADIANTO

Nama                          : Utut Adianto

TTL                            : Jakarta, 16 Maret 1965

Cabang Olahraga        : Catur

Prestasi                        : - Ikut Kejuaraan Dunia di Groningen, Belanda tahun 1997

-   Ikut Kejuaraan Dunia di Las Vegas (AS) tahun 1999

-   Ikut Kejuaraan Dunia di New Delhi (India) tahun 2000

-   Ikut Kejuaraan Dunia di Tripoli (Libya) tahun 2004

-   Tujuh kali ikut Olimpiade Catur Sejak 1982 dengan hasil medali emas papan I pada tahun di Istambul (Turki) dan medali perak papan II pada tahun 1996 di Dubai (Uni Emirat Arab)

-   Merebut gelar juara dalam 16 turnamen  internasional sejak 1981

-   Juara Nasional dua kali tahun 1982 dan 1992

-   Menjadi juara termuda sepanjang sejarahdalam usia 17 tahun 3 bulan

-   Memeperkuat timnas Indonesia sebanyak 87 kali

-   Peringkat tertinggi di dunia adalah 39 pada tahun 1997 dengan olorating 2615

Siapa tiak kenal Utut Adianto? Pecatur yang satu ini memang sangat populer. Publik bukan hanya menghargainya sebagai pencatur handal, tetapi juga dedikasinya pada kemajuan olahraga asah otak tersebut.

Harus diakui, prestasi Utut melebihi pendahulunya seperti GM pertama Herman Suradiredja, GM H. Ardiansyah, GM Cerdas Barus, MI Salor Sitanggang, dan MI Nasib Ginting.

Dilahirkan di Jakarta 16 Maret 1965, Utut mulai mengenal catur sejak usia 7 tahun. Melalui ayahnya, Ngatidjo Adiprabowo (almarhum), Utut kecil mulai diperkenalkan pada permainan catur. “Biasanya orang tuanya itu akan selalu memperkenalkan semua permainan kepada anaknya. Nah saya lebih tertarik main catur,” kata Utut menceritakan awal mulanya berkenalan dengan cabang olahraga yang menjadikan dirinya cukup populer di Tanah Air itu.

Utut kemudian semakin tertarik dan serius bermain catur setelah melihat pertarungan antara GM Bobby Fisher melawan GM Boris Spasky pada kejuaraan dunia tahun 1972. Peratrungan kelas dunia itulah yang mengilhami Utut mengenal lebih jauh tentang permainan catur ini. Mulai tahun 1973 ketika usia 8 tahun, Utut sudah memberanikan diri ikut kejuaraan lokal.

“Prinsip saya waktu itu untuk tidak mengejar gelar juara tetapi mengasah diri sekaligus menguji mental berhadapan dengan orang dewasa yang permainan caturnya sudah mumpuni,” kata Utut. Sejak kecil, Utut juga selalu memegang prinsip jangan pernah puas dalam melakukan sesuatu termasuk dalam hal berprestasi dalam bidang olahraga. Dalam hidup, kita harus memiliki motivasi tinggi untuk menghasilkan karya yang lebih baik. Dengan demikian, kita tentu tak pernah dihinggapi perasaan cepat puas.

Pernah kali ikut kejuaraan tingkat nasional pada tahun 1978, Utut memang belum memperlihatkan hasil yang memadai. Namun demikian, banyak orang menilai, Utut adalah pecatur berbakat dan potensial. Tinggal membutuhkan pembinaan intensif dan berkesinambungan. Fakta kemudian berbicara, apa yang dinilai orang tadi tentang Utut memang kenyataan.

Empat tahun kemudian (1982), semasih berusia 13 tahun, Utut sudah menjadi juara nasional sekaligus meraih gelar Master Nasional (MN). Sebelumnya di luar engeri ikut kejuaraan dunia kelompok umur (KU) 16 tahun di Puerto Rico. Setahun setelah menjadi juara nasional dan memperoleh gelar MN, Utut meraih gelar Internasional pertama yakni Master Fide (MF) kemudian pada tahun 1985 meningkat menjadi Master Internasional (MI). Setahun berikutnya, dia meraih gelar Garand Master (GM), tepatnya pada Olimpiade catur di Dubai. Utut menjadi Grand Master termuda Indonesia dalam usia 21 tahun meski rekor tersebut dipatahkan oleh juniornya Susanto Megaranto pada tahun 2003 dan dalam usia 17 tahun.

Peraih penghargaaan Parama Krida Utama dari Presiden RI (1995) ketika masih dijabat Soeharto, tercatat empat kali ikut kejuaraan dunia yakni 1997 di Groningen (Belanda), 1999 di Las Vegas (AS), 2000 di New Delhi (India), dan 2004 di Tripoli (Libya). Dari keikutsertaannya pada kejuaraan dunia itu hanya di Groningen 1997 dan New Delhi 2000 yang berhasil menembus babak kedua. Dua lainnya hanya sampai babak pertama. Selain itu, 7 kali berlaga di Olimpiade Catur sejak 1982 (Olimpiade Catur di gelar dua tahun sekali). Prestasi terbaiknya adalah meraih medali emas papan I di Istambul (Turki) pada tahun 2000.

“ini prestasi tertinggi saya dan mungkin puncak dari prestasi saya selama ini. Karena seluruh pecatur terbaik di dunia hadir disana, jadi wajar prestasi itu sangat membanggakan,” tutur atlet terbaik 1995 hasil pilihan wartawan olahraga SIWO Jaya itu.

Prestasi lainnya yang tidak bisa dilupakan oleh Utut Adianto adalah keberhasilannya menembus peringkat 39 dunia sekaligus masuk kelompok Grand Master (GM) Super dengan elorating 2615. Dengan gelar GM Super itu Utut banyak mendapat undangan plus fasilitas istimewa dari luar negeri untuk ikut turnamen internasional yang melibatkan para pecatur elit dunia. Di tengah prestasi-prestasi yang diperolehnya itu, Utut juga diberi beban tugas tambahan yang tidak kalah beratnya yaitu ikut mempopulerkan olahraga catur ke seluruh pelosok tanah air ini.

Beruntung dalam perjuangannya itu, Utut bertemu dengan sosok pengusaha muda yang “gila” catur yakni Ir. Eka Putra Wirya. Pertemuan dan pertemuan Utut dengan Eka itu kemudian melahirkan ide besar yakni mendirikan sekolah catur pada tahun 1993 di sebuah kawasan pertokoan, Roxy Mas Jakarta Barat yang diberi nama SCE (Sekolah Catur Enerpac). SCE yang merupakan pilot project sekolah catur yang dikelola secara profesional seperti di  Rusia itu diakui Utut sebagai titik awal kebangkitan olahraga catur Indonesia. Buktinya hanya dalam tempo sepuluh tahun, SCE melahirkan GM termuda yakni Susanto Megaranto di bagian putra. Sementara putri, kini mengorbitkan MFW Irene Kharisma Sukandar.